Di kutip dari laman Teknik Lingkungan Adhi Tama Institute of Technologi (ITATS), beberapa faktor yang menyebabkan hujan es, di antaranya adlah karena adanya energi potensial di udara, serta kelembaban udara yang cukup tinggi dan udara lembab tersebut berada di bawah udara kering.
Dalam hal ini di Indonesia, meski beriklim tropis, nyatanya Indonesia memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi.
Di sisi lain, hujan es terjadi akibat munculnya tumpukan awan cumulonimbus yang mana merupakan bagian dari siklus hidrologi--energi panas yang dipancarkan matahari membuat air laut mengalami penguapan, lalu naik ke atmosfer dan membentuk awan.
Nah, awan cumulonimbus tersebut terbentuk dari awan-awan kecil yang kemudian berkumpul dan berubah menjadi tumpukan awan tebal akibat embusan angin.
Lalu, karena semakin tebal, awan cumulonimbus kemudian akan mencapai lapisan atmosfer yang makin atas dan pada kondisi tertentu ia akan menjadi jenuh.
Selanjutnya, disebabkan semakin tinggi posisi awan, maka tekanan dan suhu yang ada pun turut semakin dingin. Kondisi itu lalu membuat butiran es kumulonimbus tidak mencair secara sempurna, sehingga bisa jatuh ke permukaan bumi masih dalam bentuk butiran es,hingga kemudian disebut sebagai hujan es.
Di lansir dari laman resmi BMKG hujan es berpotensi masih akan terjadi hingga April mendatang, masyarakat dihimbau untuk selalu berhati hati dan menjaga keselamatan dan keamanan.